Uraian Materi BSKP KELA X AP
1. Pengertian Komunikasi
Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicare” yang artinya sama.
Jadi, secara etimologis komunikasi berarti proses untuk memperoleh pengertian
yang sama. Berdasarkan pengertian praktisnya komunikasi adalah suatu proses
pengiriman atau penerimaan informasi antara dua orang atau lebih dengan menggunakan cara yang tepat, sehingga
informasi, berita atau pesan dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak.
Untuk
lebih jelasnya berikut ini disajikan definisi komunikasi menurut para ahlinya.
Murphy:
“Communication is the whole process used in reaching
otherminds.” Artinya, komunikasi adalah seluruh proses
yang diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain.
Harwood:
“Communication
is more technically defined as a process for conduction the memories.”
Artinya, secara teknis komunikasi
didefinisikan sebagai proses untuk membangkitkan perhatian perhatian orang lain
yang bertujuan untuk menjalin kembali ingatan-ingatan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman atau penyampaian
berita/informasi dari satu pihak(komunikator) kepada pihak lain(komunikan)
dalam usaha untuk mendapatkan saling pengertian. Definisi tersebut memberikan
pengertian yang lebih luas, oleh karena tidak hanya menitik beratkan pada segi manusia
saja, tetapi juga proses, isi berita dan alatnya.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi
pada hakekatnya dibentuk dari lima
unsur pokok, yang merupakan satu kesatuan utuh dan bulat. Apabila salah satu
unsur tidak ada ada maka proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung. Kelima
unsur komunikasi itu saling berhubungan, saling melengkapi dan saling
ketergantungan.
Menurut
Redfield, komunikasi terdiri dari lima
unsur yaitu:
·
Communicator
·
Messages
·
Transmits
·
Communicatee
·
Respone
Untuk
lebih jelasnya kelima unsur komunikasi tersebut dapat diuraikan seperti berikut
ini.
Komunikator
(pengirim berita)
Sebagai
pengirim berita atau pesan, komunikator harus berusaha mengemukakan hal-hal
yang terkandung dalam pikirannya secara jelas kepada pihak yang menerima
berita, sehingga komunikan mudah dan cepat untuk memahami dan menaggapinya.
Dalam menyampaikan berita atau pesan, komunikator harus memperhatikan dengan
siapa atau kepada siapa pesan itu disampaikan. Penyampaian berita atau pesan
sudah barang tentu harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman
pihak penerima berita.
Messages
(berita atau pesan)
Isi berita atau pesan harus jelas, sehingga apa yang
dimaksud oleh pengirim berita dapat diterima oleh pihak penerima berita. Berita
atau pesan dapat disampaikan dalam berbagai bentuk, seperti perintah,
permintaan, pendapat, saran atau usul, dapat disampaikan secara lisan maupun
tulisan/gambar/kode dan lain-lain.
Komunikan (penerima berita)
Pihak penerima berita harus memberikan tanggapan
terhadap berita atau pesan yang diterimanya. Sebagai penerima berita atau pesan
tentu saja harus harus menafsirkan berita/pesan yang diterima seperti yang
dimaksud oleh pihak pengirim berita.
Transmits (proses pengiriman berita)
Proses pengiriman berita menyangkut sarana dan media
yang dipakai dalam mengirim berita atau pesan. Sarana dan media yang diperlukan
dan digunakan dalam proses komunikasi tergantung pada jenis dan sifat berita
atau pesan yang akan disampaikan.
Respon (reaksi atau tanggapan)
Reaksi atau tanggapan yang diberikan oleh pihak
penerima berita disebut respon atau umpan balik. Dengan adanya tanggapan dari
pihak penerima berita maka komunikator akan dapat mengetahui apakah berita yang
dikirim tersebut sampai dan dimengerti atau tidak oleh pihak komunikan. Dengan
adanya respon atau feed back dari pihak komunikan maka akan terjadi
proses komunikasi dua arah yang dikenal dengan sebutan “two ways
communication.”
Komunikasi sebagai suatu proses pengiriman berita
atau pesan, meliputi tiga tahap sebagai berikut:
·
Tahap
pertama, yaitu diawali dengan menetapkan informasi, berita, ide, gagasan atau
pesan oleh pihak pengirim berita atau communicator/sender.
·
Tahap kedua,
yaitu proses pengiriman informasi, berita, gagasan, ide atau pesan yang telah
disusun (encoding) dalam bentuk simbul, sandi, isyarat atau kode,
melalui saluran atau media komunikasi, secara lisan atau tertulis, vertical
maupun horizontal, formal maupun informal.
·
Tahap ketiga,
yaitu penerimaan informasi, gagasan, ide, berita atau pesan oleh pihak penerima
berita (komunikan). Pihak komunikan kemudian mengadakan interpretasi (decoding)
terhadap informasi, berita, ide, gagasan atau pesan yang diterimanya.
Selanjutnya komunikan melakukan tindakan atau (response), dan respon
tersebut merupakan umpan balik atau “feed back” dari komunikan kepada
komunikator.
3. Jenis-jenis Media Komunikasi
Jenis-jenis
media komunikasi ada bermacam-macam, antara lain berupa bahasa, tulisan,
isyarat, alat peraga atau alat elektronik. Media komunikasi merupakan unsur
yang sangat penting dalam proses komunikasi. Dengan menggunakan media
komunikasi maka aliran informasi, berita atau pesan dapat dikirim atau diterima
dengan mudah dan cepat. Berdasarkan cara penggunaannya terdapat tiga jenis
media komunikasi, yaitu: media komunikasi audial,
media komunikasi visual, dan media
komunikasi audio-visual.
Ketiga
jenis media komunikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Media
Komunikasi Audial
Yaitu
alat komunikasi yang dapat ditangkap, didengar dan dipahami oleh alat
pendengaran. Misalnya telepon, intercom, radio serta tape recorder.
Media
Komunikasi Visual
Yaitu
alat komunikasi yang dapat ditangkap, dilihat dan dipahami oleh alat
penglihatan. Misalnya surat ,
surat kabar,
faksimili, majalah, buku, beletin dan sejenisnya.
Media
Komunikasi Audio-Visual
Yaitu
alat komunikasi yang dapat ditangkap, dilihat, didengan dan dipahami melalui
alat pendengaran dan penglihatan. Misalnya televisi, film layarlebar, VCD,
internet dan sejenisnya.
Berbagai media komunikasi tersebut berfungsi
sebagai alat untuk:
1.
Mengirimkan/menyampaikan informasi
2.
Penerjemah lambing-lambang komunikasi
3.
Mempercepat dan mempersingkat
penyampaian informasi
4.
Menghibur (to intertaint), dan
mendidik (to educate)
5.
Mempengaruhi masyarakat (to change
the society)
4.
Pengertian Tata Hubungan Komunikasi
Secara umum tata hubungan komunikasi dapat diartikan
sebagi suatu proses, pengaturan, dan saluran penyampaian warta, informasi,
berita, pesan atau keterangan yang mengandung arti dan kegunaan dalam rangka
aktivitas kehidupan manusia sebagai mahluk social.
Tata hubungan komunikasi sangat penting dalam rangka
menjalin kerjasama dan integrasi social. Pentingnya tata hubungan komunikasi
dalam mewujudkan kerjasama dan integrasi social dapat dilihat dalam hal-hal
berikut ini.
a. Komunikasi dapat menimbulkan rasa kesetiakawanan,
solidaritas dan loyalitas dalam kehidupan sosial.
b. Komunikasi dapat meningkatkan kegairahan dalam
menjalin hubungan kerja sama antar sesama manusia
c. Komunikasi dapat meningkatkan niali-nilai
kebersamaan serta kekeluargaan
d. Dengan komunikasi kita dapat mengetahui perkembangan
sains, teknologi, seni dan budaya masyarakat
e. Dengan komunikasi kita dapat mengetahui nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
f. Dengan komunikasi kita dapat menetahui kebijakan,
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan bernegara
g. Dengan komunikasi semua informasi dapat diakses,
diketahui dan dimengerti
h. Komunikasi dapat meningkatkan tanggungjawab moral
dan sosial
i. Komunikasi dapat menimbulkan saling pengertian
diantara sesama manusia
j. Komunikasi merupakan suatu cara untuk memperoleh
keterangan yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
k. Komunikasi merupakan suatu cara untuk mendorong
manusia kearah berpikir positif, logis, dan kreatif
l. Komunikasi adalah suatu cara untuk memenuhi rasa
keingintahuan manusia
m. Komunikasi penting bagi suatu organisasi atau
perusahaan sebab merupakan salah satu alat yang utama bagi onggota organisasi
untuk bekerjasama
n. Komunikasi penting bagi proses pengambilan keputusan
yang menyangkut kepentingan umum
o. Komunikasi merupakan media internalisasi,
sosialisasi, akulturasi, enkulturasi, adaptasi, dan proses-proses social
lainnya
Tata
hubungan komunikasi terlihat dari hubungan antara individu dengan individu,
hubungan individu dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok dengan
kelompok. Timbulnya keterhubungan ini
disebsbkan masing-masing orang atau kelompok saling membutuhkan dan
saling ketergantungan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahan kan kehidupan dimuka
bumi.
5.
Jenis-Jenis tata hunungan komunikasi
Komunikasi
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, tergantung dari segi
peninjauannya. Ada
sepuluh kriteria yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi komunikasi.
Kriteria-kriteria komunikasi tersebut
adalah:
a. Jenis
komunikasi menurut lawan bicara
~
Komunikasi pribadi
~
Komunikasi umum
b. Jenis
komunikasi menurut jumlah orang yang berkomunikasi
~
Komunikasi perseorangan
~
Komunikasi kelompok
c. Jenis
komunikasi menurut cara penyampaian
~
Komunikasi lisan (secara langsung dan tidak langsung)
~
Komunikasi tertulis (gambar atau foto, surat ,
naskah)
d.
Jenis komunikasi menurut tujuan
~
Komunikasi untuk memberi perintah
~
Komunikasi untuk memberi nasehat atau ucapan selamat
~
Komunikasi untuk memberi saran atau kritik
~
Komunikasi untuk berpidato atau ceramah
~
Komunikasi untuk rapat atau meeting
~
Komunikasi untuk Perundingan
~
Komunikasi untuk wawancara
e. Jenis
komunikasi menurut prosesnya
~
Komunikasi langsung (tanpa perantara atau mediator)
~
Komunikasi tidak langsung (menggunakan mediator)
f. Jenis
komunikasi menurut perilaku
~
Komunikasi formal (lisan maupun tertulis)
~
Komunikasi informal (lisan maupun tertulis)
~
Komunikasi non formal (lisan maupun tertulis)
g. Jenis
komunikasi menurut ruang lingkup
~
Komunikasi internal (berlangsung dalam suatu organisasi)
~ Komunikasi eksternal (berlangsung antara pihak yang berada
di dalam organisasi dengan pihak luar)
h. Jenis
komunikasi menurut aliran informasi
~
Komunikasi vertical kebawah (top-down)
~
Komunikasi vertical keatas (botton-up)
~
Komunikasi horizontal
~
Komunikasi diagonal
~
Komunikasi satu arah dan dua arah
i. Jenis
komunikasi menurut jaringan
~
Komunikasi menurut jaringan kerja rantai
~
Komunikasi menurut jaringan kerja lingkaran
~
Komunikasi menurut jaringan kerja bintang atau roda
j. Jenis
komunikasi menurut total hubungan
~ Komunikasi menurut hubungan tunggal langsung (antara
seorang dengan seorang bawahannya)
~
Komunikasi menurut hubungan kelompok langsung.
~
Komunikasi menurut hubungan silang
6. Asas-Asas Komunikasi
Agar komunikasi dapat berlangsung
secara mudah, cepat, dan tepat maka di dalam berkomunikasi harus memperhatikan
asas-asas atau prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Kemudahan
dalam pengiriman informasi
Komunikasi
harus dapat dilakukan dengan mudah, dan kemudahan dalam pengiriman berita atau
informasi sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh situasi, jarak, waktu dan
kepentingan komunikasi.
Berita
atau pesan yang dianggap penting tentu saja harus segera dikirim atau
disampaikan agar secepatnya mendapatkan tanggapan dari komunikan. Informasi
yang demikian akan lebih cepat sampai
jika dilakukan melalui telepon, dan apa bila berita tersebut dianggap
tidak begitu penting atau tidak memerlukan tanggapan secepatnya dari komunikan
maka dapat dilakukan dengan menggunakan media tertulis, misalnya melalui surat .
b. Informasi
mudah dimengerti
Informasi harus mudah dan cepat dimengerti oleh
pihak komunikan. Prinsip ini sangat
penting agar tanggapan atau respon komunikan dapat segera diketahui oleh
komunikator. Oleh karena itu informasi harus dikemas sedemikian rupa dengan
menggunakan bahasa atau kata-kata yang mudah dimengerti atau dipahami oleh
komunikan.
c. Kesamaan
pengertian
Informasi
atau berita yang dikirim atau diterima harus memiliki kesamaan makna dan
pengertian bagi pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Asas ini
menghendaki agar informasi atau berita yang dikirim tidak menimbulkan salah
pengertian atau salah penafsiran bagi para penerima berita.Interpretasi yang
berbeda-beda akan terjadi jika informasi itu dikirim kepada lebih dari satu
penerima berita yang tingkat pengetahuan dan pengalamannya berbeda-beda. Dalam
hal ini perlu adanya konsistensi dan ketegasan isi berita atau informasi.
d. Penggunaan
alat komunikasi yang sederhana
Di
dalam komunikasi diperlukan penggunaan sarana atu media komunikasi yang
sederhana. Suatu informasi atau berita yang tidak begitu penting mungkin cukup
dikirim melalui surat ,
akan tetapi bila berita itu sangat penting dan perlu segera diketahui oleh
komunikan akan lebih efektif jika dikirim melalui telepon, telex, faksimili.
e.
Bermanfaat dan menguntungkan
Dalam
komunikasi harus diperhatikan hal-hal yang bersifat menguntungkan, baik dalam
hal isi, alat, dan cara penyampaian informasi. Prinsip atau asas ini merupakan
rangkuman dari prinsip pertama, kedua, ketiga dan keempat yang pada dasarnya
menghendaki efisiensi dan efektivitas dalam berkomunikasi. Isi berita atau
informasi hendaknya dipilih berita-berita yang bersifat umum, aktual, dan
penting. Informasi atau berita harus obyektif serta up-to date (tidak basi).
Sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan.
7. Faktor-Faktor Komunikasi
Secara umum terdapat tujuh factor
komunikasi, yang dikenal dengan sebutan “the
seven e’s communication”, yaitu:
a. Credibility
(kepercayaan)
Proses
komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor kepercayaan. Dalam hal ini komunikasi
terjadi karena antara komunikator dengan komunikan saling mempercayai dan
saling memerlukan. Apabila tidak ada kepercayaan maka proses komunikasi tidak
akan dapat berlangsung.
b. Context
(perhubungan)
Proses
komunikasi dipengaruhi oleh faktor perhubungan. Apabila tidak terjadi kontak
atau hubungan maka komunikasi tidak akan terjadi. Keberhasilan komunikasi
berhubungan erat dengan kondisi dan situasi lingkungan ketika komunikasi
berlangsung.
c. Content
(kepuasan)
Komunikasi
harus menimbulkan rasa puas dari kedua belah pihak, dan kepuasan tersebut akan
tercapai apa bila berita atau pesan yang dikirim oleh komunikator dapat
diterima dan dimengerti oleh komunikan.
d.
Clarity (kejelasan)
Faktor
kejelasan sangat penting dalam proses komunikasi. Ketidak jelasan suatu
informasi atau pesan dapat mengakibatkan interpretasi yang diberikan komunikan
akan berbeda dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Kejelasan tersebut
meliputi kejelasan isi berita, kejelasan tujuan yang hendak dicapai, dan
kejelasan kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi.
e.
Continuity & consistency
(kesinambungan dan konsisten)
Komunikasi
dapat berlangsung jika terdapat kesinambungan dan konsistensi atau keajegan
hubungan dari kedua belah pihak. Komunikasi harus dilakukan secara terus
menerus dan konsisten, selain itu informasi yang disampaikan jangan saling
bertentangan.
f. Capability of
audience (kemampuan komunikan)
Kemampuan
komunikan sangat menentukan dalam proses komunikasi. Dalam hal ini pengiriman
berita atau pesan perlu disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman
pihak penerima berita. Oleh karena itu komunikator harus menghindari penggunaan
istilah-istilah yang tidak lazim dan sukar dipahami oleh komunikan.
g.
Channel of distribution (saluran pengiriman berita)
Saluran
atau sarana yang dipergunakan dalam pengiriman berita merupakan faktor yang
penting dalam proses komunikasi. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik
perlu dipakai media komunikasi yang biasa dipergunakan oleh masyarakat umum.
Media komunikasi tersebut antara lain media cetak (surat , Koran, majalah, bulletin dan buku),
media elektronik seperti radio, televisi, telepon dan internet.
8. Teknik Berbicara
Komunikasii
verbal pada dasarnya diisi oleh aktivitas berbicara dan mendengarkan. Dalam
pembicaraan yang didengarkan adalah bunyi suara yang berupa kata-kata dan
kalimat. Kata-kata atau kalimat itu harus mengandung makna atau arti agar
isi/materi pembicaraan dapat dimengerti oleh lawan bicara.
Teknik
berbicara menyangkut cara dan kemampuan seseorang dalam mengutarakan pendapat,
pikiran, dan perasaannya melalui kata-kata yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah kebahasaan, sehingga hal-hal yang diucapkan dapat dimengerti oleh lawan
bicara. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam teknik
berbicara yang baik/efektif.
a. Prinsip motivasi
Setiap
pembicaraan sudah barang tentu mempunyai motif yang berbeda-beda, tergantung
pada masalah yang dibicarakan, siapa yang bertindak sebagai pembicara, serta
waktu, tempat dan alasannya. Suatu hal yang tidak dapat disangkal bahwa setiap
pembicaraan mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengertian dari pihak yang
mendengarkan. Agar cara berbicara kita efektif dan dimengerti oleh orang lain,
maka dalam berbicara harus memperhatikan:
· Dorongan kebutuhan
· Menghargai pendengar
·
Memanfaatkan dorongan rasa ingintahu
Penyajian
isi pembicaraan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: pendahuluan, isi
atau materi, dan penutup. Untuk lebih jelasnya ketiga bagian
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pendahuluan
Bagian
yang dianggap penting dalam pembicaraan adalah permulaan pembicaraan yang
menarik perhatian para pendengar. Dalam hal ini sebaiknya dipilih kata-kata
yang enak, sehingga hal-hal yang menjadi inti pembicaraan benar-benardapat
diserap oleh para pendengar. Pergunakanlah kata-kata atau kalimat yang tidak
bertele-tele tetapi yang singkat dan berisi atau padat, sehingga menarik minat
dan perhatian.
Dalam
pembicaraan pendahuluan harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
·
Kata-kata pendahuluan harus dapat
memikat pendengar
·
Digunakan kata-kata yang bersifat
memotivasi
·
Kata-kata pembukaan menyajikan topik
yang dibahas
·
Penekanan pembicaraan pada hal-hal yang
penting dan aktual
Agar penyajian isi pembicaraan berlangsung secara efektif ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
·
Harus terdapat kejelasan materi yang
dibicarakan
·
Harus terdapat konsistensi materi yang
dibicarakan
·
Penyajian isi pembicaraan harus memadai
dalam arti cukup untuk memberikan pengertian kepada para pendengar
·
Penggunaan waktu atau timing yang tepat
artinya pembicaraan tidak bertele-tele atau terlalu meluas, sehingga akan
membuat kabur isi pembicaraan.
Penutup
Seperti
halnya pada bagian pembukaan, maka pada bagian penutup harus dipilih kata-kata
yang menarik karena bagian pembukaan dan penutup mencerminkan kualitas
pembicaraan.
Pada
bagian ini sebaiknya diutarakan pula ucapan terima kasih kepada audiens atas
perhatian dan kepedulian serta partisipasinya.
c. Teknik penyampaian dan gaya bicara
Teknik
penyampaian pembicaraan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu teknik
memulai pembicaraan dan teknik pola penyajian pembicaraan.
Untuk lebih jelasnya kedua hal tersebut dapat diuraikan seperti berikut ini.
Teknik memulai pembicaraan
Kata-kata pembukaan harus dapat menarik perhatian
pendengar. Dalam hal ini ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan untuk
memulai pembicaraan, yaitu:
·
Memulai
dengan menggunakan anekdot
·
Memulai
dengan mengajukan pertanyaan
·
Memulai
dengan mengemukakan hal-hal yang lucu
·
Memulai
dengan menyatakan keistimewaan suatu tempat atau kejadian.
Teknik
pola penyajian pembicaraan
Dengan
teknik pola penyajian berarti pembicaraan dimulai dengan isi materi pembicaraan.
Terdapat beberapa macam pola yang dapat dipakai dalam menyajikan materi
pembicaraan, yaitu:
·
Pola waktu (time order) dan pola tempat
(space order), maksudnya penyajian materi pembicaraan disesuaikan kondisi waktu
dan tempat.
·
Pola pemecahan masalah, artinya
penyajian materi pembicaraan dilakukan dengan berbagai cara tergantung tujuan
yang ingin dicapai, seperti melalui symposium, seminar, rapat kerja, dan
konggres.
·
Pola topik order, artinya materi
pembicaraan dibagi dalam topik-topik yang dibahas atau dibicarakan secara
mendetail. Masing-masing topik dibicarakan oleh kelompok lain dan selanjutnya
dibuat suatu rangkuman.
·
Pola aspek, artinya penyajian materi
pembicaraan ditinjau dari berbagai aspek atau segi, seperti segi tempat,
kejelasan, konsekuensi, waktu, dan kecukupan.
9. Teknik Mendengarkan Yang Baik
Menurut
sejumlah penelitian, 75 % dari seluruh waktu hidup manusia digunakan untuk
berkomunikasi. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses dalam mengirim
dan menerima informasi. Apabila komunikasi yang kita lakukan berjalan baik dan
lancar, maka orang lain mengerti apa yang kita inginkan. Dalam praktiknya untuk
melakukan komunikasi yang baik sering kali mengalami hambatan, salah satunya
adalah ketika menjadi pendengar dalam proses berkomunikasi
Untuk
dapat mendengarkan dengan efektif sangat membutuhkan konsentrasi, pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan.
Adapun manfaat menjadi pendengar yang baik adalah:
·
Lawan bicara akan lebih mudah
menyampaikan informasi atau pesan-pesannya
·
Hubungan kerjasama kelompok atau tim akan menjadi lebih baik dan harmonis
·
Mendorong lawan bicara untuk tetap
menjalin hubungan atau komunikasi yang baik
·
Informasi dalam bentuk instruksi, umpan
balik dan yang lainnya akan lebih jelas dapat diterima oleh lawan bicara.
Menjadi
pendengar yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langlah pertama
yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa mendengarkan seseorang berbicara
merupakan suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan
berkomunikasi. Dalam hal ini terdapat beberapa prinsip dasar yang dapat
dijadikan pedoman pada saat kita mendengarkan seseorang yang sedang berbicara.
Prinsip-prinsip untuk menjadi pendengar yang efektif adalah:
1. Tidak melakukan aktivitas mendengarkan
dan berbicara pada saat yang bersamaan.
2.
Mencoba memahami pokok pikiran atau ide
utama pembicara
3.
Hindari gangguan dari lingkungan
sekitar
4.
Mencoba untuk mengendalikan emosi
5.
Membuat catatan yang singkat dan jelas
6.
Mencoba untuk bersikap empati
(perhatian dan senyuman)
7.
Memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi non verbal
8.
Bertanya pada tempatnya
9.
Membuat kesimpulan tentang inti sari
pembicaraan
10. Memberikan
umpan balik
10. Indikator Konflik dan Solusinya
Bahwa
kehidupan manusia selalu diwarnai oleh berbagai masalah dan persoalan yang
datang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, kemudian muncul lagi
masalah baru. Namun semua masalah itu sifatnya hanyalah sementara dan jika kita
berupaya untuk mengatasinya secara rasional dan positif pasti ditemukan jalan
keluarnya.
Demikian
pula ditempat kerja, ada saja yang membuat kita tidak nyaman dalam bekerja.
Teman sekerja itu bermacam-macam sifat kepribadiannya, ada yang senang
mengkritik, menyalahkan, atau merasa dan ingin menaang sendiri. Hal-hal semacam
inilah yang menyebabkan terjadinya konflik di tempat kerja, dan jika terjadi
konflik di tempat kerja maka jalannya organisasi atau perusahaan akan
terganggu. Oleh karena itu kita harus menghindari terjadinya konflik di tempat
kerja, bahkan indikasi konflik hendaknya diusahakan untuk diubah menjadi kerja
sama.
Berikut
ini akan dijelaskan mengenai indikator konflik dan solusi untuk mengatasi
konflik.
a.
Indikator konflik dan solusinya
Konflik
di tempat kerja sering kali tidak dapat dielakkan atau dihindari. Ada banyak hal yang dapat
menyulut terjadinya konflik, dan untuk dapat mengatasi konflik kita perlu
terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik.
Adapun
faktor-faktor penyebab konflik tersebut adalah:
·
Perbedaan kepribadian
·
Perbedaan cara pandang
·
Perbedaan tujuan dan kepentingan
·
Perbedaan pemahaman
b.
Solusi mengatasi konflik
Sebenarnya
banyak cara yang dapat dilkukan untuk mengatasi konflik yang terjadi di tempat
kerja. Berikut ini adalah cara-cara mengatasi konflik di tempat kerja.
Hindari
sumber konflik
Setelah
kita berhasil mengidentifikasi indikator konflik maka sedapat mungkin kita
harus menjauhkan atau menghindari sumber konflik.
Netralisasi
sikap
Bahwa
sikap memihak pada salah seorang atau golongan yang sedang berselisih
(mengalami konflik) akan mempertajam perselisihan atau konflik tersebut. Maka
sikap yang paling tepat adalah netral atau tidak memihak dan bahkan diusahakan
untuk menjadi mediator di dalam mengatasi konflik tersebut.
Ubah
sikap kita
Kemungkinan
terjadinya konflik dapat disebabkan oleh sikap salah seorang anggota kelompok
atau organisasi yang dirasa tidak tepat oleh anggota/kelompok lain. Jika hal
ini terjadi maka kita harus cepat dan tanggap untuk mengubah sikap kita.
Blending
atau mengurangi perbedaan yang ada
Salah
satu penyebab terjadinya konflik adalah karena adanya perbedaan pandangan atau
kepentingan diantara anggota organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu kita
harus berupaya untuk mengurangi adanya perbedaan-perbedaan tersebut, dan bahkan
sedapat mungkin mengubah perbedaan tersebut menjadi sinergi yang akan mendorong
tercapainya tujuan organisasi.
Understanding (memecahkan
masalah bersama-sama)
Suatu
masalah akan dapat diatasi dengan baik, jika semua elemen atau pihak yang
berada dalam organisasi tersebut dilibatkan dan berpartisipasi untuk mengatasi
permasalahan atau konflik yang terjadi.
c. Rangkuman
Agar
didalam berkomunikasi di tempat kerja dapat dilakukan secara efektip, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
1)
Memahami pengertian komunikasi
2)
Memahami unsur-unsur komunikasi, yang
meliputi adanya komunikator, berita atau pesan, komunikan/penerima berita, dan
respon atau tanggapan.
3)
Memilih media komunikasi yang tepat,
yang terdiri dari media komunikasi audial, media komunikasi visual, dan media
komunikasi audio-visual.
4)
Asas-asas komunikasi yang harus
diperhatikan adalah kemudahan dalam pengeiriman informasi, informasi mudah
dimengerti, kesamaan pengertian, penggunaan alat komunikasi yang sederhana, dan
informasi harus bermanfaat
5)
Agar pesan atau informasi yang
disampaikan mudah difahami oleh pihak audiens, maka komunikator harus memahami
dan menerapkan prinsip-prinsip berbicara efektif yang meliputi tahap
pendahuluan, isi atau materi dan penutup.
6)
Agar pesan atau informasi yang diterima
mudah difahami, maka komunikan harus dapat menerapkan teknik mendengarkan yang
efektif.
7)
Agar konflik di tempat kerja dapat
dihindari dan diatasi, maka setiap anggota organisasi harus mampu
mengidentifikasi terjadinya konflik dan memberikan solusi untuk mengatasi
konflik.
8)
Solusi untuk mengatasi konflik di
tempat kerja dapat dilakukan dengan menghindari sumber konflik, netralisasi
sikap, mengubah sikap, blending atau mencari titik persamaan, dan understanding
atau memecahkan masalah bersama-sama.
Tes Formatif
Pilihlah jawaban
yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e
di lembar jawab yang tersedia!
1. Prosedur
pengiriman informasi dalam komunikasi, disebut …
a.
komunikator
b.
komunikan
c.
message
d.
transmits
e.
respons
2. Berikut
ini fungsi media komunikasi, kecuali …
a.
alat untuk menyampaikan informasi
b.
alat untuk menerjamahkan lambing
komunikasi
c.
alat untuk mempercepat penyampaian
informasi
d.
alat untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi
e.
alat untuk menghibur dan mendidik
3. Berikut ini
adalah contoh media komunikasi audio-visual …
a. majalah
b. radio
c. telepon
d. televisi
e. handpone
4. Berikut ini
fungsi pentingnya tata hubungan komunikasi, kecuali …
a. dapat
menimbulkan rasa solidaritas dan loyalitas
b. dapat
menjalin hubungan kerja sama antar sesama manusia
c. dapat
meningkatkan nilai-nilai kebersamaam dan kekeluargaan
d. dapat
menimbulkan kejutan budaya dalam masyarakat
e. media
internalisasi, sosialisasi, adaptasi, dan akulturasi
5. Komunikasi yang berlangsung secara sepihak, dari pihak komunikator
saja,
disebut komunikasi …
a. vertical
b. horizontal
c. diagonal
d. satu
arah
e. dua
arah
6. Berikut ini
adalah asas-asas komunikasi, kecuali …
a. kemudahan
dalam pengiriman informasi
b. informasi
mudah dimengerti
c. kesamaan
pengertian
d. penggunaan
alat komunikasi yang sederhana
e. komunikator
dan komunikan saling berhadapan langsung
7. Salah satu faktor komunikasi adalah content, artinya …
a. kepercayaan
b. perhubungan
c. kepuasan
d. kejelasan
e. berkesinambungan
8. Berikut ini adalah indikator terjadinya konflik, kecuali …
a. perbedaan
usia dan jenis kelamin
b. perbedaan
kepribadian
c. perbedaan
cara pandang
d. perbedaan
tujuan
e. perbedaan
pemahaman
9. Cara bicara
dengan menggunakan pilihan kata, ungkapan atau
hubungan suara adalah gaya berbicara dengan …
a. bahasa
b. mimik
c. pantomimic
d. proksemik
e. gabungan
10. Salah satu solusi mengatasi konflik adalah blending, arinya …
a. mengubah
sikap
b. netralisasi
sikap
c. mengurangi
perbedaan
d. menghindari
sumber konflik
e. memecahkan
masalah bersama-sama
B. Bentuk Soal Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
1. Sebutkan
pengertian komunikasi!
2. Jelaskan
proses terjadinya komunikasi!
3. Apakah
yang dimaksud dengan tata hubungan komunikasi?
4. Apa saja
asas-asas komunikasi itu?
5. Apa saja
prinsip-prinsip berbicara efektif itu?
Uraian Materi II BSKP KELAS X AP
1. Hakikat dan Pengertian
Pelayanan Prima
Secara
sederhana, pelayanan prima (excellent service) adalah suatu pelayanan
yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain,
pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas.
Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai
dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat.
Dalam
pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu pelayanan
dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan
oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau salesman). Konsep
pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai organisasi, instansi,
pemerintah, ataupun perusahaan bisnis.
Perlu
diketahui bahwa kemajuan yang dicapai oleh suatu negara tercermin dari satandar
pelayanan yang diberikan pemerintah kepada rakyatnya. Negara-negara yang
tergolong miskin pada umumnya kualitas pelayanan yang diberikan di bawah
standar minimal. Pada negara-negara berkembang kualitas pelayanan telah
memenuhi standar minimal. Sedangkan di negara-negara maju kualitas pelayanan
terhadap rakyatnya di atas standar minimal.
Terdapat
beberapa definisi tentang kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh para ahli.
Dan dari sejumlah definisi tersebut terdapat beberapa kesamaan, yaitu:
1.
kualitas merupakan usaha untuk memenuhi
harapan pelanggan
2.
kualitas merupakan kondisi mutu yang
setiap saat mengalami perubahan
3.
kualitas itu mencakup proses, produk,
barang, jasa, manusia, dan lingkungan
4.
kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan.
Vincent
Gespersz menyatakan bahwa kualitas pelayanan
meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut:
a. Ketepatan
waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses.
b. Kualitas
pelayanan berkaitan dengan akurasi atau kepetatan pelayanan.
c. Kualitas
pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan pelaku bisnis.
d. Kualitas
pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan keluhan pelanggan.
e. Kualitas
pelayanan berkaitan dengan sedikit banyaknya petugas yang melayani serta
fasilitas pendukung lainnya.
f. Kualitas
pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir,
ketersediaan informasi, dan petunujuk/panduan lainnya.
g. Kualitas
pelayanan berhubungan dengan kondisi lingkungan, kebersihan, ruang tunggu,
fasilitas musik, AC, alat komunikasi, dan lain-lain.
2. Sejarah Perkembangan Pelayanan
Prima
Menurut
Garvin dalam bukunya, Managing Quality, menyebutkan bahwa
kualitas sebagai suatu konsep telah lama dikenal orang, akan tetapi
kemunculannya sebagai fungsi manajemen terjadi belum lama ini. Menurutnya,
bahwa konsep dan pendekatan kualitas mengalami tahap-tahap perkembangan, antara
lain pendekatan inspeksi, pengendalian kualitas statistikal, jaminan kualitas,
dan manajemen kualitas strategic.
Tahapan perkembangan kualitas tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Pendekatan
inspeksi
Dalam
era ini inspeksi atau pengawasan terhadap produk dilakukan secara langsung dan
dibandingkan dengan standar yang seragam. Sejak awal abad ke-20 kegiatan
inspeksi dikaitkan dengan pengendalian kualitas. Pada waktu itu kualitas
dipandang sebagai fungsi manajemen tersendiri.
b. Pendekatan statistikal
Gerakan
penilaian kualitas yang menggunakan pendekatan ilmiah untuk pertama kalinya
berlangsung pada tahun 1931, yaitu dengan dipublikasikannya hasil karya W.A.
Shewhart, seorang peneliti kualitas dari Bell Telephone Laboratories. Ia menyebutkan bahwa variabilitas merupakan
suatu kenyataan dalam industri dan hal ini dapat dipahami dengan menggunakan
prinsip probabilitas dan statistik.
Dua rekan Shewart mengembangkan teknik statistik
untuk melakukan sampling sejumlah item yang terbatas di setiap kelompok
produksi. Sasarannya adalah untuk melakukan trade-off antara biaya tinggi
akibat inspeksi 100% dengan resiko dari salah satu keadaan berikut:
·
Menerima
suatu kelompok produk yang sesungguhnya terdiri dari item-item yang rusak dalam
presentasi tinggi, dan
·
Menolak
suatu kelompok produk yang sesungguhnya memenuhi standar kualitas.
c. Pendekatan jaminan kualitas
Dalam era ini terdapat pengembangan
empat konsep baru yang penting, yaitu biaya kualitas, pengendalian kualitas
terpadu (total quality control), reliability engineering, dan zero
defect.
Biaya
kualitas adalah istilah yang diciptakan oleh Yoseph Juran untuk menjawab
pertanyaan “seberapa besar kualitas dirasa cukup?”. Dan
Menurutnya,
biaya untuk mencapai tingkat kualitas tertentu dapat dibagi menjadi biaya yang
dapat dihindari dan biaya yang tak dapat dihindari. Biaya yang tak dapat
dihindari dikaitkan dengan inspeksi dan pengendalian kualitas yang dirancang
untuk mencegah terjadinya kerusakan (defects). Biaya yang dapat dihindari
adalah biaya kegagalan produk yang meliputi bahan baku yang rusak, jam kerja yang digunakan
untuk perbaikan, pemrosesan keluhan, dan kerugian finansial akibat pelanggan
yang kecewa.
Implikasi
pandangan Juran ini adalah bahwa pengeluaran tambahan untuk perbaikan kualitas
dapat dijustifikasi selama biaya kegagalan masih tinggi.
Total
Quality Control (TQC) merupakan hasil pemikiran Armand Feigenbaum yang
dikemukakannya pada tahun 1965. Menurut pendapatnya bahwa pengendalian dimulai
dari perancangan produk dan berakhir jika produk telah sampai ke tangan
pelanggan yang puas. Prinsip utamanya adalah quality is every body’s job.
Ia
menyatakan bahwa kegiatan kualitas dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori,
yaitu:
·
Pengendalian rancangan baru
·
Pengendalian bahan baku yang baru datang
·
Pengendalian produk
Sistem
kualitas saat ini juga memasukkan pengembangan produk baru, seleksi pemasok, dan
pelayanan pelanggan.
Reability
engineering muncul pada tahun 1950-an, yang
didorong oleh kebutuhan Angkatan Bersenjata Amerika untuk memiliki peralatan
elektronik dan senjata udara yang dapat diandalkan, bekerja dengan baik, serta
menghindari kebutuhan untuk penggantian suku cadang yang mahal.
Zero
defects pertama kali dimunculkan oleh Martin Company pada tahun
1961-1962. Konsep ini timbul karena kebutuhan pelanggan militer akan produk
yang tidak hanya bekerja baik pada saat pertama kali, tetapi juga diserahkan
tepat waktu. Konsep zero defects lebih dipusatkan pada harapan manajemen dan
hubungan antar pribadi dari pada keterampilan rekayasa. Tujuan utamanya adalah
mengharapkan kesempurnaan pada saat pertama dan fokusnya pada identifikasi
masalah pada sumbernya dengan perhatian khusus untuk mengoreksi penyebab umum kesalahan karyawan, seperti
kurang pengetahuan, kurangya fasilitas yang tepat, kurangnya perhatian,
kesadaran, dan motivasi karyawan.
Menurut konsep zero defects kesalahan yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dapat diatasi dengan menggunakan
teknik-teknik pelatihan modern. Kesalahan karena kurangnya fasilitas yang
memadai dapat diatasi dengan survey pabrik dan peralatan secara periodic.
Adapun kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya perhatian merupakan kesalahan
yang paling sulit untuk dideteksi. Olah karena itu, perlu diatasi dengan
program zero defects.
Era ketiga konsep manajemen kualitas ini menendai
titik balik yang nenentukan. Konsep ini menaruh perhatian utama pada pelanggan
dan inisiatif karyawan sebagai masukan penting bagi program peningkatan
kualitas. Gerakan manajemen kualitas dengan penekanan pada pelanggan muncul
hampir bersamaan dengan pemikiran dan konsep baru tentang manajemen sumber daya
manusia, konsep ini mendorong manajer (pimpinan) untuk menawarkan wewenang yang
lebih besar kepada karyawan, seperti strategi zero defects yang berfokus pada
motivasi dan inisiatif karyawan.
d. Pendekatan manajemen kualitas strategis
Untuk
memberikan gambaran tentang pendekatan manajemen kualitas strategis, berikut
ini akan dikemukan pengalaman-pengalaman perusahaan Jepang dan perusahaan
Amerika dan Eropa.
Pengalaman perusahaan Jepang
Beberapa
inovasi dilakukan oleh para ahli Jepang, seperti Diagram Sebab-Akibat hasil
pemikiran Kooru Ishikawa (1952), gugus kendali mutu (1962), company wide
quality control (1968), dan quality function deployment (1972).
Gugus
kendali mutu terdiri dari kelompok-kelompok kecil karyawan yang dilatih
keterampilan dalam menangani kualitas. Mereka didorong untuk mengambil
inisiatif dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengusulkan
perbaikan pada manajemen.
Companywide
quality control pada dasarnya merupakan perluasan dari ide TQC yang dikemukakan
oleh Feingenbaum. Adapun komponennya adalah sebagai berikut.
·
Keterlibatan semua fungsi dan bidang
dalam peningkatan kualitas pelayanan.
·
Keterlibatan semua level dan manajemen
puncak sampai karyawan front-line dalam memperhatikan kualitas pelayanan.
·
Filosofi perbaikan kualitas secara
berkesinambungan.
·
Orientasi pada pelanggan karena
kualitas ditentukan dari sudut pandang pelanggan atau masyarakat.
Pengalaman
perusahaan Amerika dan Eropa
Menjelang
awal tahun 1980-an perusahaan-perusahaan dikawasan Amerika dan Eropa mulai
menyadari pentingnya peranan strategis kualitas yang telah diadopsi jepang
selama lebih dari satu decade sebelumnya.
Kesadaran
ini muncul terutama karena tekanan persaingan dari produk industri Jepang yang
memiliki keunggulan dalam kualitas. Sedikitnya ada tiga buku yang mendapat
perhatian dan minat ahli manajemen terhadap kualitas selama decade 1980-an.
Yang pertama adalah buku yang
berjudul Quality is Free (1979)
hasil karya Philip Crosby yang menyatakan bahwa kualitas yang
sempurna mencakup dua hal, yaitu tepat secara teknis dan layak secara ekonomis.
Buku
yang kedua adalah In Search of Excellence (1982) hasil karya Tom
Peters dan Robert Waterman yang menyoroti perusahaan-perusahaan Amerika
yang sukses dan mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilannya.
Buku
yang ketiga adalah Managing Quality (1988) karangan David Garvin yang memberikan tinjauan terhadap evolusi
sejarah kualitas, sehingga memberikan pemahaman menyeluruh mengenai mengenai
kualitas dari perspektif filosofi ekonomi dan pemasaran dengan menyajikan
contoh-contoh penting dari industri yang berbeda.
e. Obsesi kualitas menyeluruh
Selain
keempat era yang dikemukakan oleh Garvin tersebut, Christopher Lovelock
menambahkan era kelima, yaitu obsesi kualitas menyeluruh (Total Quality Obsession). Tahun 1987
dipandang sebagai awal dari era kualitas kelima ini.
Pada
bulan Agustus 1987 Konggres Amerika memberikan penghargaan Malcolm Balrige
National Award kepada kedua perusahaan pada setiap kategori: fanufactur, jasa
dan usaha kecil. Sasaran utama penghargaan tersebut adalah untuk meningkatkan
kesadaran terhadap pentingnya kualitas.
Hal
yang mendasari era kelima ini adalah konsep kualitas absolut dan zero defect
yang juga disebut kualitas (total quality). Jalan satu-satunya untuk mencapai
keabsolutan tersebut adalah Total Quality Control (TQC) yang didorong oleh
Total Quality Management (TQM).
3.
Pengertian Pelanggan
Dalam
pengertian sehari-hari pelanggan adalah orang-orang yang kegiatannya membeli
dan menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa, secara terus menerus.
Pelanggan atau pemakai suatu produk adalah orang-orang yang berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan-perusahaan bisnis. Adapun
pihak-pihak yang berhubungan dan bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan
bisnis sebelum tahap menghasilkan produk dinamakan pemasok.
Dilihat
dari segi perbaikan kualitas, definisi pelanggan adalah setiap orang yang
menuntut pemberian jasa (perusahaan) untuk memenuhi suatu standar kualitas
pelayanan tertentu, sehingga dapat memberi pengaruh pada performansi
(performance) pemberi jasa (perusahaan) tersebut. Dengan kata lain, pelanggan
adalah orang-orang atau pembeli yang tidak tergantung pada suatu produk, tetapi
produk yang tergantung pada orang tersebut. Oleh karena pelanggan ini pembeli
atau pengguna suatu produk maka harus diberi kepuasan.
Secara
garis besarnya terdapat tiga jenis pelanggan, yaitu pelanggan internal,
pelanggan perantara, dan pelanggan eksternal. Ketiga jenis pelanggan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pelanggan internal
Pelanggan
internal (internal costumer), adalah orang-orang atau pengguna produk yang
berada di dalam perusahaan dab memiliki pengaruh terhadap maju mundurnya
perusahaan.
Pelanggan
internal (internal costumer), adalah orang-orang atau pengguna produk yang
berada di dalam perusahaan dab memiliki pengaruh terhadap maju mundurnya
perusahaan.
Berdasarkan
keanggotaannya, pelanggan internal ada dua macam, yaitu pelanggan internal
organisasi dan pelanggan internal pemerintah.
Pelanggan
internal organisasi
Adalah
setiap orang yang terkena dampak produk dan merupakan anggoata dari organisasi
yang menghasilkan produk tersebut.
Pelanggan
internal pemerintah
Adalah
setiap orang yang terkena dampak produk dan bukan anggota organisasi penghasil
produk, tetapi masih dalam lingkungan atau instansi pemerintah.
b. Pelanggan
perantara
Pelanggan
perantara (intermediate costumer) adalah setiap orang yang berperan
sebagai perantara produk, bukan sebagai pemakai. Komponen distributor, seperti
agen-agen Koran yang memasarkan Koran, atau toko-toko buku merupakan contoh
pelanggan perantara.
Misalnya
Penerbit Armico Bandung memerima pesanan buku dari toko buku untuk dijual
kepada siswa SMK maka dalam hal ini Penerbit Armikco bertindak sebagai pemasok,
toko buku sebagai pelanggan perantara, dan siswa SMK sebagai pelanggan akhir
atau pelanggan nyata (real costumer).
c. Pelanggan eksternal
Pelanggan
eksternal (external costumer), adalah setiap orang atau kelompok orang pengguna
suatu produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh perusahaan bisnis. Pelanggan
eksternal inilah yang berperan sebagai pelanggan nyata atau pelanggan akhir.
4.
Jenis-jenis Harapan/Kebutuhan Pelanggan
Pada
dasarnya salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan bisnis
adalah memberikan kepuasan kepada para kolega dan pelanggannya. Namun dalam
praktiknya tidak mudah untuk mencapai tujtuan tersebut. Salah satu faktor
penyebabnya adalah masih rendahnya mutu tenaga pelayan atau penjual dalam
memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan prima.
Penerapan
pelayanan prima yang dapat memberikan kepuasan kepada kolega dan pelanggan pada
dasarnya mempunyai manfaat sebagai berikut.
·
Dapat menciptakan komunikasi yang
positif dan harmonis antara perusahaan bisnis dengan kolega dan pelanggan.
·
Dapat mendorong bangkitnya rasa
simpatik dan loyalitas dari para kolega dan pelanggan.
·
Dapat membentuk opini publik yang
positif, sehingga hal ini dapat menguntungkan bagi kemajuan perusahaan.
·
Dapat meningkatkan omzet penjualan dan
keuntungan perusahaan, sehingga mendorong dihasilkannya produk baru yang
berkualitas.
·
Dapat membina hubungan yang baik dan
harmonis dengan para kolega dan pelanggan.
Pelayanan
tidak bisa dipisahkan dengan kepuasan pelanggan. Sebab tujuan utama dari
pelayanan prima adalah untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Tentang pengertian
kepuasan terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya
adalah seperti berikut ini.
1. Menurut Wikie
Kepuasan pelanggan adalah suatu
tanggapan emosional pelanggan terhadap pengalamannya setelah mengkonsumsi suatu
produk atau jasa.
2. Menurut Engel
Kepuasan
pelanggan adalah evaluasi purna beli terhadap terhadap alternatif produk yang
dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidak puasan timbul jika hasil (out-come) tidak sesuai dengan
harapan.
3. Menurut Kotler
Kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan produk dan
kinerja yang ia rasakan dengan kebutuhan dan harapannya.
Untuk
mewujudkan dan mempertahankan kepuasan pelanggan, perusahaan bisnis perlu
melakukan beberapa tindakan berikut ini.
·
Mengidentifikasi harapan dan kebutuhan
para pelanggannya
·
Memenuhi harapan dan kebutuhan para
kolega dan pelanggan terhadap kualitas produk barang atau jasa.
·
Mempelajari dan menguasai
prinsip-prinsip pelayanan prima
·
Memahami teknik pengukuran umpan balik
tentang kepuasan pelanggan.
Secara
garis besarnya terdapat tiga tingkatan harapan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan, yaitu asumsi, spesifikasi, dan kesenangan.
a. Asumsi
Harapan
pelanggan pada tingkat pertama berwujud asumsi. Misalnya, “Saya berharap toko
buku itu menyediakan buku-buku pelajaran SMK.”
b. Spesifikasi
Pada
tingkat kedua harapan pelanggan berupa spesifikasi, yaitu kepuasan yang
dicerminkan oleh pemenuhan standar pelayanan. Misalnya, “Saya berharap dilayani
dengan baik dan penuh perhatian oleh pemilik toko buku itu.”
c.
Kesenangan
Pada
tingkat ketiga, harapan pelanggan berupa kesenangan. Misalnya, “Saya berharap
toko buku itu memberikan bonus.”
Dari
ketiga tingkatan tersebut dapat disimpulkan bahwa harapan pelanggan adalah
terpenuhinya kebutuhan, merasa diperhatikan, dan mendapat pelayanan yang baik
dan cepat. Dalam memenuhi harapan pelanggan diperlukan suatu strategi
pelayanan, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Strategi
pelayanan tersebut meliputi empat hal, yaitu:
·
Atribut layanan
·
Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas
jasa layanan
·
Umpan balik untuk peningkatan kualitas
layanan, dan
·
Implementasi pelayanan
5.
Pelayanan Prima Berdasarkan A3
Salah
satu cara dalam menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dan harmonis
dengan para kolega dan pelanggan adalah dengan melakukan konsep pelayanan prima
berdasarkan A3 (attitude, attention, dan action). Pelayanan prima berdasarkan
konsep A3, artinya pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dengan menggunakan
pendekatan sikap (attitude), perhatian (attention), dan tindakan (action).
Dewasa
ini telah cukup banyak ahli manajemen yang mengkaji pentingnya pelayanan prima
terhadap pelanggan, seperti Deming, Stephen Usela, Collier, Vincent Gaspersz,
Fandy Tjiptono, dan lain-lain. Mereka telah mengembangkan berbagai konsep
tentang pelayanan prima, seperti konsep VINCENT, Siklus Deming, TQS (Total
Quality Service), TQM (Total Quality Management), dan lain-lain.
Vincent
Gasperasz mengembangkan suatu konsep manajemen perbaikan mutu yang disebut
VINCENT. Konsep ini terdiri tujuh strategi perbaikan kualitas pelayanan.
Ketujuh konsep tersebut, yaitu:
a.
Visionary transformation
(transformasi visi)
b.
Infrastructure
(kebutuhan akan sarana prasarana)
c.
Need for improvement
(kebutuhan untuk perbaikan)
d.
Costumer focus
(focus pada pelanggan)
e.
Empowerment
(pemberdayaan potensi)
f.
New views of quality
(pandangan baru tentang mutu)
g.
Top management
(omitmen manajemen puncak)
Dr.
W. Edwards Deming, seorang ahli manajemen yang dijuluki Bapak TQM,
mengembangkan konsep Siklus Deming, atau disebut juga Siklus PDSA (Plan, Do,
Study and Act). Konsep Siklus Deming tentang peningkatan mutu pelayanan
dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini.
a.
Tahap Plan (Perencanaan)
Rencana
perbaikan kualitas pelayanan mencakup (empat) langkah, yaitu:
·
Identifikasi peluang perbaikan
·
Dokumentasi proses yang ada pada saat
ini
·
Menciptakan visi proses yang perlu
perbaikan
·
Menentukan jangkauan usaha perbaikan
b. Tahap Do (Pelaksanaan)
Rencana yang telah disusun dilaksanakan
secara nyata, bertahap dan berkesinambungan.
c. Tahap
Study (Pemeriksaan)
Hasil pelaksanaan program kemudian
dievaluasi, diperiksa, dicatat, untuk dijadikan dasar penyesuaian dan
perbaikan.
d. Tahap Act
(Pemeriksaan)
Penyesuaian dan perbaikan dilaksanakan
berdasarkan hasil penelitian. Langkah selanjutnya adalah mengulangi siklus
rencana perbaikan berikutnya.
Stamatis
mengembangkan konsep Total Quality Service (TQS) sebagai system manajemen
strategi dan integratip yang melibatkan semua unsure manajer dan
pegawai/karyawan dengan menggunakan metode kualitatip dan kuantitatip untuk
memperbaiki proses-proses pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Menurut Stamatis ada tiga dimensi pokok yang berkaitan dengan TQS,
yaitu strategi, system, dan SDM. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
·
Strategi adalah dimensi penggunaan
pendekatan dan metode yang dianggap paling efektif dalam mencapai tujuan
organisasi dalam meningkatkan mutu pelayanan.
·
Sistem adalah prosedur atau tata cara
yang dirancang untuk mendorong dalam meningkatkan mutu pelayanan.
·
Sumber daya manusia (SDM) adalah tenaga
kerja, pegawai atau karyawan yang memiliki kapasitas responsip terhadap
peningkatan mutu pelayanan.
Tujuan
pokok TQS adalah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, memberikan tanggungjawab
kepada pelanggan, dan melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus.
6.
Pelayanan Prima Berdasarkan Sikap
Pelayanan
prima berdasarkan sikap adalah pemberian pelayanan kepada para pelanggan dengan
berfokus pada pemberian sikap (attitude) tenaga pelayanan. Pelayanan prima
berdasarkan sikap ini meliputi pelayanan dengan penampilan serasi, pelayanan
dengan pikiran positif, dan pelayanan dengan sikap menghargai. Ketiga hal
tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini.
a. Pelayanan dengan penampilan serasi
Penampilan
serasi merupakan suatu hal yang penting bagi setiap orang, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun di tempat pekerjaan. Dengan selalu
berpenampilan serasi dan menarik maka kita akan dihormati, disegani, dan
dipercayai oleh orang lain. Sebaliknya kepada orang-orang dengan penampilan
seronok, tidak menarik, dan tidak serasi biasanya orang lain tidak menyukainya.
Orang
dapat dikatakan berpenampilan serasi apa bila memenuhi persyaratan berikut ini.
·
Model, corak dan warna bahan pakaian
yang dikenakan sesuai dengan warna kulit si pemakai
·
Model pakaian yang digunakan haruslah
sesuai dengan usia si pemakai
·
Memilih busana yang sesuai dengan waktu
pemakaian
·
Berbusana sesuai dengan tempat dan
keadaan cuaca
·
Kombinasi pakaian secara keseluruhan
sesuai dengan model, warna, corak, dan lain-lain.
Pada
umumnya kepribadian seseorang dapat dinilai dari cara orang tersebut berpakaian
dan berpenampilan. Dan didalam kenyataannya orang yang berkepribadian baik
cenderung memperhatikan penampilannya. Berpenampilan serasi ini tercermin dari
cara berhias yang menarik, cara berbusana yang rapi, dan ekspresi wajah yang
menarik.
Untuk
lebih jelasnya berikut ini diuraikan prinsip-prinsip berpenampilan serasi.
Penampilan
serasi dengan cara berhias
Penampilan
serasi dapat terlihat dari cara seseorang dalam berhias. Didalam berhias
hendaknya tidak berlebihan, agar tidak terkesan norak atau kampungan.
Berpenampilan serasi dengan cara berhias adalah menjadi keharusan bagi setiap
orang, terlebih lagi bagi tenaga pemasaran, atau pelayan yang berhubungan
langsung dengan pelanggan. Seorang pelayan atau sekretaris yang berpenampilan
serasi dengan cara berhias diharapkan dapat menarik simpatik dari para kolega
dan pelanggan.
Penampilan serasi dengan cara berbusana
yang baik
Berpenampilan
serasi dapat pula dilihat dari cara berpakaian atau berbusana. Agar dapat
berbusana yang rapi maka seseorang harus memperhatikan mode, warna, corak,
jenis pakaian, dan perlengkapan pakaian yang dikenakan. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah mengenakan perlengkapan busana, karena perlengkapan
busana ini berfungsi memperindah atau menambah keindahan. Perlengkapan busana
tersebut diantaranya adalah sepatu, kaos kaki, topi/kopiah, tas, dasi, ikat
pinggang, sarung tangan dan lain-lain.
Penampilan serasi dengan ekspresi wajah
Berpenampilan serasi akan bertambah
indah dan menarik apabila disertai dengan ekspresi wajah yang simpatik, sopan,
ramah murah senyum dan sebagainya. Oleh karena itu dalam berhubungan dengan
pelanggan seorang pelayan sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini.
·
Melakukan kontak mata langsung dengan
disertai senyum agar menun- jukkan kesiapan dan keseriusan dalam melayani
kolega dan pelanggan
·
Menghindari ekspresi wajah yang murung
dengan mata menatap kebawah atau kepada suatu benda
·
Menghindari ekspresi wajah dengan mata
yang berkerut atau menyipit, karena hal itu menunjukkan sikap yang tidak
bersahabat serta terkesan tidak memperhatikan pelanggan
·
Menampilkan senyuman manis dengan
menghindari bibir yang rapat dan kaku atau digigit-gigit
·
Menengakkan posisi wajah atau kepala
agar menunjukkan kesiapan dan keseriusan dalam melayani kolega dan pelanggan.
b.
Melayani pelanggan dengan berpikiran posistif
Kenyataan
menunjukkan bahwa dengan selalu berpikiran positif (positive thinking) maka
segala permaslahan hidup akan dapat diatasi dan dipecahkan secara adil dan
bijaksana. Demikian pula dalam melayani kolega dan pelanggan setiap pelayan
atau penjual harus selalu berpikiran positif, logis, dan tidak emosional.
Pelayanan yang selalu berpikiran positif akan mampu menjalin hubunhan
interpersonal yang baik antara kolega dan pelanggannya.
Melayani
kolega dan pelanggan dengan berpikiran positif merupakan proses pelayanan yang
dilakukan berdasarkan akal pikiran yang sehat dan logis. Seorang pelayan atau
penjual yang menerapkan konsep pelayanan seperti ini akan lebih mudah untuk
mendapatkan informasi tentang harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan demikian
seorang pelayan atau penjual hendaknya melakukan pendekatan terhadap pelangan
dengan cara selalu berpikiran positif, yaitu pendekatan yang masuk akal,
rasional, logis, dan intelektual.
Melayani pelanggan dengan berpikiran
positif terdiri dari:
1) Melayani pelanggan secara terhormat
Melayani
pelanggan dengan sikap terhormat, artinya setiap pelanggan diperlakukan sebagi
tamu istimewa yang harus diterima, dilayani, dihormati, dan dipuaskan harapan
dan kebutuhannya.
Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam melayani pelanggan secara terhormat, adalah
sebagai berikut.
·
Menyapa pelanggan yang baru datang
dengan sikap ramah dan penuh rasa hormat.
·
Mempersilakan pelanggan untuk menunggu
atau duduk apabila terjadi antrian dan kondisi ruangan syarat oleh pembeli.
·
Bertanya. Mendengarkan, dan mencatat
semua kebutuhan pelanggan secara ramah, sopan, dan menggunakan tata bahasa yang
baik agar tidak menyinggung perasaan pelanggan.
·
Bersikap sabar dalam memberikan
pelayanan, menunjukkan contoh barang, atau tempat barang yang diperlukan
pelanggan.
·
Melayani pelanggan dengan
sungguh-sungguh sampai akhir transaksi tetap berfikir positif tanpa harus
mencurigai pelanggan.
2) Melayani pelanggan dengan
menghindari sikap apriori
Pelayan
atau pedagang yang melayani pelanggan dengan sikap apriori menunjukkan bahwa ia
tidak menggunakan cara berpikiran yang positif. Sikap seperti acuh tak acuh,
masa bodoh, atau tidak perhatian dapat menyebabkan kolega atau pelanggan
menjadi tersinggung, kecewa atau merasa jengkel. Oleh karena merasa tidak
dihargai maka kolega atau pelanggan tidak mau datang lagi.
Sikap
apriori yang perlu dihindari dalam melayani kolega atau pelanggan adalah
sebagai berikut:
·
Sikap acuh tak acuh atau masa bodoh
terhadap kolega dan pelanggan.
·
Sikap angkuh dan tidak sabar dalam
melayani kolega atau pelanggan.
·
Sikap membiarkan kolega atau pelanggan
menunggu lama tanpa menyapa sedikitpun.
·
Sikap mendahulukan kolega atau
pelanggan yang dianggap menguntungkan dan mempunyai status sosial yang lebih
tinggi.
·
Sikap meremehkan kolega atau pelanggan
yang dianggap kurang menguntungkan dan berdaya beli rendah.
Sikap-sikap
apriori tersebut harus dihindari oleh pelayan atau penjual apabila tidak ingin
ditinggalkan oleh kolega dan pelanggannya. Mutu pelayanan yang rendah akan
menimbulkan imej dan opini publik yang bersifat negatif.
3) Menghindari sikap mencari atau
memanfaatkan kelemahan pelanggan
Melayani
pelanggan dengan cara berpikiran positif juga dapat dilakukan dengan tidak
mencari atau memanfaatkan kelemahan kolega atau pelanggan. Dalam hal ini, yang
dimaksudkan dengan kelemahan pelanggan adalah pelanggan tidak mengetahui harga,
kualitas, dan keaslian barang, atau pelanggan sudah lanjut usia. Sikap mencari
dan memanfaatkan kelemahan pelanggan harus dihindari oleh pelayan atau penjual,
karena dapat menimbulkan perasaan kecewa.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pelayan atau penjual dalam menghindari sikap mencari
dan memanfaatkan kelemahan pelanggan adalah sebagai berikut.
·
Berusaha menciptakan kepercayaan
pelanggan terhadap kualitas barang atau jasa dan kualitas pelayanan, seingga
loyalitas dan partisipasi pelanggan dapat diwujudkan.
·
Selalu bersikap jujur dengan
menghindari sikap membohong atau menipu pelanggan.
·
Selalu bertindak rasional dan
professional dalam menjelaskan kualitas dan harga barang/jasa yang ditawarkan.
·
Selalu bersikap adil dan bijaksana
dengan tidak menjual barang imitasi/tiruan atau barang yang sudah kadaluwarsa.
c.
Melayani pelanggan dengan sikap menghargai
Melaksanakan
pelayanan prima berdasarkan sikap dapat pula dilakukan dengan cara melayani
kolega dan pelanggan dengan sikap menghargai. Perlu kita sadari bahwa setiap
orang ingin dihargai dan dihormati. Demikian pula pelanggan tentu saja ingin
dihormati dan dihargai oleh pelayan atau pedagang. Dengan demikian, antara
pelayan dan pelanggan hendaknya saling menghormati dan menghargai. Sikap saling
menghargai dapat ditunjukkan oleh tutur bahasa yang baik, ekspresi wajah yang
sopan, ramah dan simpatik, serta sikap yang bersahabat.
Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan oleh pelayan atau penjual dalam melayani kolega atau
pelanggan dengan sikap menghargai adalah sebagai berikut.
·
Menyapa kolega atau pelanggan yang baru
datang dengan sikap dan tutur bahasa yang baik, ramah, sopan dan bersahabat.
·
Mendengarkan setiap permintaan kolega
atau pelanggan dengan sikap penuh perhatian dan pengahrgaan.
·
Menciptakan suasana yang menyenangkan
dengan sikap simpatik, sopan santun dan ramah tamah.
·
Melayani kolega atau pelanggan dengan
sikap yang bijaksana tanpa memperhatikan latar belakang dan status sosial
pelanggan.
·
Melayani pelanggan dengan tetap
berpikiran positif dan tidak mudah marah.
Pelayan
yang melayani pelanggan dengan sikap mengahargai dapat menggunakan cara
penawaran persuasive, yaitu memperhatikan, menarik minat pelanggan, mendorong
pelanggan untuk membeli, dan menyerahkan pengambilan keputusan kepada
pelanggan.
Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan oleh pelayan atau penjual dalam melakukan pendekatan
persuasive kepada pelanggan adalah sebagai berikut.
·
Memberikan perhatian kepada pelanggan
dengan menggunakan tutur bahasa yang baik dan menarik.
·
Mempelajari terlebih dahulu harapan,
kebutuhan, perasaan, dan karakter pelanggan.
·
Mendengarkan pendapat pelanggan, dengan
ramah dan penuh perhatian, kemudian menjelaskan manfaat produk yang telah
menjadi perhatiannya.
7.
Pelayanan Prima Berdasarkan Perhatian
Pelayanan
prima berdasarkan konsep perhatian (attention) mencakup tiga prinsip pokok,
yaitu:
Ø
Mendengarkan dan memahami secara
sungguh-sungguh kebutuhan para kolega dan pelanggan.
Ø
Mengamati dan menghargai perilaku para
kolega dan pelanggan.
Ø
Mencurahkan perhatian penuh kepada para
kolega dan pelanggan.
Agar
memperoleh gambaran yang lebih jelas, ketiga hal tersebut akan diuraikan
sebagai berikut.
a.
Mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan
Pelayanan
prima berdasarkan konsep perhatian dapat diterapkan dengan cara mendengarkan
dan memahami kebutuhan pelanggan. Cara-cara yang efektif dalam mendengarkan dan
memahami kebutuhan pelanggan dapat dilakukan seperti berikut ini.
1.
Melakukan pendekatan kepada pelanggan
dengan sikap yang empati
2.
Menghindari sikap mencari-cari alasan
3.
Tidak memberikan interpretasi atau
penafsiran yang keliru tentang pelanggan
4.
Berusaha dengan penuh perhatian untuk
mendengarkan permintaan dan kebutuhan pelanggan
5.
Mencatat semua kebutuhan pelanggan agar
tidak lupa
6.
Menanyakan kembali kebutuhan pelanggan
jika lupa atau kurang jelas
7.
Memberikan penjelasan dengan
sejujur-jujurnya tentang kondisi kualitas dan harga barang yang akan dibeli
oleh pelanggan
b.
Mengamati perilaku pelanggan
Perilaku
pelanggan adalah tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan dan menggunakan suatu
produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk,
pelayanan, dan sumber lainnya.
Berdasarkan
hasil penelitian Ernest Kretschmer, perilaku pelanggan sangat
dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya. Ia mengelompokkan perilaku pelanggan kedalam
tiga tipe kepribadian, yaitu tipe piknis, tipe leptosom, dan tipe atletis.
Ciri-ciri
dan karakter ketiga tipe pelanggan tersebut adalah sebagai berikut.
Pelanggan
tipe piknis
Bentuk
tubuh pelanggan tipe piknis antara lain bentuk badan bulat, agak pendek, dan
muka atau wajahnya bulat lebar. Pelanggan tipe ini pada umumnya bersifat ramah,
suka berbicara, tenang dan suka humor.
Dalam
menghadapi pelanggan tipe piknis ini, seorang penjual hendaknya memperhatikan
suasana hatinya dan melayani bercakap-cakap jika pelanggan menghendakinya,
serta menghindari perdebatan atau tidak bersikap konfrontasi.
Pelanggan
tipe leptosom
Bentuk
tubuh pelanggan tipe leptosom, diantaranya agak kecil dan lemah, bahu tampak
kecil, leher dan anggota badan kurus dan panjang. Pelanggan tipe leptosom
umumnya bersifat sombong, sok intelek, dan sok idealis.
Dalam
menghadapi pelanggan tipe leptosom, seorang pelayan atau penjual hendaknya
menghormati pelanggan seperti layaknya seorang raja yang harus selalu dilayani,
bersikap sabar, perhatian, penuh hormat, bijaksana, dan menuruti perintahnya.
Pelanggan
tipe atletis
Bentuk
tubuh pelanggan tipe atletis, diantaranya badannya kokoh, pundak tampak lebar,
dan pinggul berisi, anggota badannya cukup panjang, berotot dan lebar, muka
atau wajahnya bulat lonjong. Pelanggan tipe atletis ini umumnya mempunyai
karakter, seperti banyak gerak, berpenampilan tenang, jarang humor, dan tidak
cepat percaya pada orang lain.
Dalam
menhadapi pelanggan tipe atletis, pelayan atau penjual hendaknya menghindari
perdebatan yang tidak bermanfaat, memberikan kesan seolah-olah pelanggan adalah
orang yang baik dan cerdas, serta menghindari sikap terburu-buru, dan harus
bersabar dalam melayaninya.
Selain tiga tipe pelanggan tersebut,
pelanggan dapat pula dikelompokkan sebagai berikut.
1. Pelanggan
pria
2. Pelanggan
wanita
3. Pelanggan
remaja
4. Pelanggan
lanjut usia
5. Pelanggan
pendiam
6. Pelanggan
yang suka berbicara
7. Pelanggan
yang guigup
8. Pelanggan
yang ragu-ragu
9. Pelanggan
pembantah
10. Pelanggan
yang sadar
11. Pelanggan
yang curiga
12. Pelanggan
yang angkuh
Dari
bermacam-macam tipe dan golongan pelanggan seperti tersebut di atas, kita dapat
mengetahui bahwa tidak semua pelanggan bersikap baik dan bersahabat. Itulah
sebabnya mengamati pelanggan sangatlah penting, karena hal itu merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan dalam melaksanakan pelayanan prima berdasarkan
konsep perhatian.
Penerapan
pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian merupakan konsep yang sesuai
dengan hukum tentang pelanggan, yaitu “the costumer is always right”
artinya pelanggan selalu menganggap dirinya paling benar.
c.
Mencurahkan perhatian kepada pelanggan
Pelayanan
prima berdasarkan konsep perhatian (attentioan) dapat dilakukan dengan cara
mencurahkan perhatian penuh kepada perilaku pelanggan. Dalam hal ini terdapat
tujuh prinsip dalam mewujudkan perhatian kepada pelanggan, yaitu sebagai
berikut.
1.
Menetapkan visi, komitmen, dan suasana
2.
Mensejajarkan dengan pelanggan
3.
Mengidentifikasi dan mengatasi
permasalahan pelanggan
4.
Memanfaatkan informasi dari pelanggan
5.
Mendekati pelanggan
6.
Memberdayakan karyawan
7.
Penyempurnaan produk dan proses secara
terus menerus
Pada
dasarnya seorang pelanggan akan merasa senag jika harapan dan kebutuhannya
diperhatikan. Oleh karenanya penjual atau perusahaan dalam mencurahkan
perhatian terhadap pelanggan dapat dilakukan dengan cara berfokus pada
pelanggan dan harus memperhatikan ketujuh prinsip tersebut diatas.
8.
Pelayanan Prima Berdasarkan Tindakan
Melaksanakan pelayanan prima
berdasarkan konsep tindakan (action) terdiri dari lima hal/tindakan sebagai berikut.
Ø Mencatat
pesanan pelanggan
Ø Mencatat
kebutuhan pelanggan
Ø Menegaskan
kembali kebutuhan pelanggan
Ø Mewujudkan
kebutuhan pelanggan
Ø Menyatakan
terima kasih dengan harapan pelanggan kembali.
Untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas, kelima hal tersebut dapat diuraikan sebagai seperti berikut ini.
a.
Mencatat pesanan pelanggan
Langkah
pertama yang dilakukan oleh pelanggan dalam membeli barang/jasa adalah dengan
memesannya terlebih dahulu. Adanya pesanan dari pelanggan merupakan awal
terjadinya transaksi jual-beli.
Setiap
pesanan yang diminta pelanggan harus segera dilayani dengan cara didengarkan
dan dicatat. Kemudian mengecek kembali apakah ada perubahan jenis dan jumlah
pesanan atau tidak, kapan jadwal atau waktu pengiriman barang.
1.
Memesan barang/jasa secara langsung (datang
di perusahaan)
2.
Memesan barang/jasa dengan surat pesanan
3.
Memesan barang/jasa dengan menggunakan
sarana telekomunikasi, seperti telepon, telex, faksimili dan e-mail/internet.
Pesanan
pelanggan harus segera dicatat oleh pelayan atau penjual, baik menggunakan buku
nota penjualan maupun menceklist daftar barang.
Seorang
pelayan atau penjual harus cekatan dalam melakukan pencatatan pesanan
pelanggan, agar tidak terjadi kekeliruan dalam hal jumlah maupun jenis
barang/jasa yang dipesan oleh pelanggan.
b.
Pencatatan kebutuhan pelanggan
Pencatatan
kebutuhan pelanggan berbeda dengan pencatatan pesanan pelanggan. Pencatatan
pesanan pelanggan hanya mencakup jenis, bentuk, model, jumlah dan harga barang.
Sedangkan pencatatan kebutuhan pelanggan
menyangkut obyeknya, yaitu sifat dan tingkat konsumsi, kebiasaan, atau
waktu kebutuhan.
Pencatatan
kebutuhan pelanggan berdasarkan berdasarkan ceklist merupakan tindakan yang
dapat menggambarkan obyek ceklist, yaitu pencatatan kebutuhan pelanggan sebagai
daftar pemeriksaan terhadap faktor-faktor yang diinginkan oleh pelanggan.
Obyek
ceklist tersebut diantaranya sebagai berikut.
1.
Sifat dan tingkat konsumsi
Sifat-sifat
pelanggan yang perlu dicatat adalah apa saja pelayanan yang paling disukai oleh
pelanggan. Tingkat konsumsi pelanggan yang harus dicatat adalah apakah
pelanggan lebih menyukai barang tahan lama (durable goods) atau barang tidak
tahan lama (non durable goods) atau apakah jumlah barang yang diinginkan
pelanggan banyak atau tidak. Hal ini dilakukan agar penjual dapat menetapkan
prioritas produk yang paling disukai oleh pelanggan.
2. Kebiasaan
pelanggan
Kebiasaan
pelanggan dalam membeli suatu barang/jasa perlu diperhatikan dan dicatat. Oleh
karena itu pelayan atau penjual hendaknya mengetahui hal-hal berikut.
·
Apa saja barang-barang yang dibutuhkan
pelanggan
·
Apa saja yang diperhatikan oleh
pelanggan dalam membeli barang
·
Apakah pelanggan membutuhkan atau
menginginkan barang yang bersifat khusus (merek, kualitas, antik dan
sebagainya)
3. Waktu kebutuhan
pelanggan
Waktu
kebutuhan pelanggan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dan
dicatat oleh penjual. Dalam hal ini penjual perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
·
Pada waktu kapan pelanggan memperbaiki
atau mengganti barang yang dibutuhkannya, apakah harian, mingguan, bulanan,
atau tahunan.
·
Kapan pelanggan mengkonsumsi barang
tertentu, apakah pada awal bulan/tahun, akhir bulan/tahun, ataukah pada
hari-hari besar tertentu.
Berdasarkan
konsep tindakan, penggunaan system ceklist dapat mewujudkan akurasi pelayanan,
yaitu melayani kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat, dan akurat. Suatu
pelayanan dikatakan akurat jika pelayan atau penjual dapat menghindari
kekeliruan, seperti salah mencatat, salah menentukan harga, dan salah dalam
penyerahan barang.
c.
Penegasan kembali kebutuhan pelanggan
Setiap
pesanan yang diminta atau dibutuhkan pelanggan harus diperhatikan dan dicatat.
Catatan tersebut kemudian dicek dan ditegaskan kembali kepada pelanggan apakah
barang-barang yang dipesan jumlah dan jenisnya tidak berubah, kapan waktu
pengiriman barang akan dilakukan, dan bagaimana cara pembayarannya.
Untuk
menghindari kekeliruan pelayan atau penjual hendaknya menegaskan kembali semua
kebutuhan pelanggan dan melakukan pengecekan atas hal-hal sebagai berikut.
·
Mengecek keadaan barang
·
Cara pengiriman barang
·
Cara pembayaran
·
Alat dan tempat pembayaran
·
Ongkos angkut barang yang dipesan
·
Pembungkusan atau pengepakan barang
d.
Mewujudkan kebutuhan pelanggan
Kebutuhan
pelanggan akan terwujud apabila pelayan atau penjual telah menerapkan prinsip
pelayanan prima. Kepuasan pelanggan merupakan refleksi dari terpenuhinya
harapan dan kebutuhannya. Oleh karena itu perusahaan bisnis atau penjual dalam
mewujudkan kepuasan pelanggan perlu meningkatkan kualitas pelayanannya.
Peningkatan
kualitas pelayanan antara lain dengan melakukan pendekatan kaize. Kaizen
berasal dari bahasa Jepang, yaitu kai dan zen. Kai artinya
perubahan dan zen artinya baik. Jadi, Kaizen dapat diartikan sebagai suatu
pedoman untuk melakukan perubahan pelayanan agar menjadi lebih baik.
Prinsip-prinsip
pendekatan Kaizen menurut Vincent Gaspersz adalah sebagai berikut.
·
Hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
·
Tidak bolae ada satu hari pun yang
lewat tanpa peningkatan.
·
Masalah yang timbul merupakan suatu
kesempatan untuk melakukan perbaikan.
·
Menghargai perbaikan dan peningkatan
walaupun kecil.
·
Perbaikan dan peningkatan tidak harus
memerlukan investasi yang besar.
Dalam
usaha memperbaiki kualitas pelayanan, perusahaan atau penjual perlu
memperhatikan kekuatan dan kelemahan suatu konsep pelayanan.
Kekuatan
pelayanan, antara lain berupa cara kerja yang terorganisir, profesional, dan
sistematis; hubungan kerja konstruktif, baik vertical maupun horizontal;
penyediaan pelayanan sesuai dengan kebutuhan; dan komunikasi yang terjalin baik
antara perusahaan atau penjual dan pelanggan.
Kelemahan
pelayanan antara lain disebabkan tidak adanya umpan balik (feed back),
birokrasi yang terlalu rumit (complicated), kurangnya pengetahuan tentang
pelayanan yang baik, kurangnya jalinan komunikasi yang baik, kurangnya
keterampilan dari pelayan atau penjual, dan tidak adanya tindakan untuk
promosi.
e.
Mengucapkan terima kasih dengan harapan pelanggan kembali
Mengucapkan
terima kasih kepada pelanggan yang telah membeli barang/jasa sangatlah penting
agar mereka kembali berbelanja. Prinsip ini merupakan bagian dari pelaksanaan
pelayanan prima menurut konsep tindakan. Pelayan atau penjual harus berusaha
untuk selalu mengahargai pelanggan dan melayaninya sampai selesai transaksi
jual-beli. Tindakan pelanggan yang profesional dalam menutup transaksi jual
beli adalah dengan mengucapkan terima kasih kepada pelanggan.
Pernyataan
terima kasih kepada pelanggan tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata, tetapi
dapat pula dengan memberikan bonus atau diskon. Pernyataan terima kasih kepada
pelanggan eksternal tetap biasanya diberikan setiap tahun, misalnya bingkisan
lebaran atau bingkisan hari raya yang lain.
Untuk
mengetahui penilaian pelanggan atas kualitas barang dan kualitas pelayanan,
maka penjual atau perusahaan dapat mengedarkan suatu angket penilaian. Angket
diberikan ketika pelayan atau penjual sedang mengucapkan pernyataan terima
kasih,kepada pelanggan.
9.
Sikap Dalam Bekerja
Dalam
bekerja kita tidak seorang diri, melainkan dalam bentuk tim. Oleh karena kita
bekerja dalam tim maka perlu memperhatikan sikap terhadap orang lain, baik
atasan, teman sekerja, maupun anak buah. Berikut ini diuraikan bagaimana kita
harus bersikap dalam bekerja.
a. Sikap terhadap rekan kerja
·
Bersikap baik dan bersahabat dalam
melaksanakan koordinasi
·
Menghindari ucapan atau kata-kata yang
tidak sopan, atau tidak pantas untuk diucapkan
·
Menghindari sikap dan ucapan yang
bernada bermusuhan
·
Menjauhi sikap berprasangka buruk
terhadap atasan dan teman sekerja
·
Tidak membicarakan kelemahan atasan dan
teman sekerja didepan umum
b.
Sikap terhadap atasan
·
Menghindari sikap menolak tugas yang
menjadi tanggungjawabnya
·
Tidak bersikap mengambil muka dan
mengorbankan teman sekerja
·
Tidak mengambil kebijakan melampaui
atasan dalam hal menyangkut keputusan
·
Mengusahakan agar atasan selalu
memperoleh informasi yang benar
·
Menunjukkan kerja sama yang baik, jujur
dan penuh pengabdian
·
Menghargai tanggungjawab, wewenang, dan
kebijakan atasan
c. Sikap terhadap bawahan
·
Tidak bersikap terlalu lugas dan suka
membual
·
Tidak menjanjikan hal-hal yang kiranya
tidak dapat dipenuhi
·
Tidak mengkhianati kepercayaan yang
diberikan oleh bawahan
·
Bersikap bijaksana dalam mengambil
suatu keputusan
·
Bersikap terbuka dan transparan dengan
menerima dan menampung pengaduan dan keluhan bawahannya
·
Menerima dengan bijaksana segala kritik
dan saran-saran yang sifatnya membangun
10.
Penanganan Keluhan Pelanggan
Penanganan
keluhan pelanggan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan prima.
Oleh karena itu, menanggapi dan menangani keluhan pelanggan perlu mendapatkan
prioritas dalam penangannya. Penanganan keluhan pelanggan dapat dimulai dengan
mengidentifikasi sumber permasalahan yang menyebabkan pelanggan merasa tidak
puas. Sumber masalah harus diatasi agar dimasa mendatang tidak terjadi lagi
masalah yang sama.
Ketidak
puasan pelanggan akan semakin besar apabila keluhannya tidak segera ditangani
dengan baik. Hal ini dilakukan agar jangan sampai pelanggan berprasangka buruk
atau negatif (negative thinking) terhadap perusahaan. Pelanggan hanya
menginginkan pihak perusahaan dapat menunjukkan perhatian terhadap ketidak
puasannya.
Terdapat
lima cara dalam
menangani keluhan pelanggan, yaitu:
a.
Bersikap empati terhadap pelanggan yang
kecewa
b.
Kecepatan dalam menangani keluhan
c.
Kewajaran atau keadilan dalam
memecahkan permasalahan keluhan
d.
Kemudahan bagi pelanggan untuk
menghubungi perusahaan
e.
Menerapkan konsep Total Quality Service
(TQC)
Konsep
Total Quality Service (TQC) berfokus pada lima
bidang sasaran, yaitu:
·
Fokus kepada pelanggan
·
Keterlibatan total
·
Pengukuran
·
Dukungan sistematis
·
Perbaikan berkesinambungan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menanggapi dan menangani keluhan
pelanggan merupakan salah satu prinsip pelayanan prima yang harus diperhatikan
oleh tenaga pelayan/penjual atau perusahaan.
c.
Rangkuman
Dari
uraian materi seperti tersebut diatas dapat dibuat rangkuman sebagai berikut.
Ø
Memberikan bantuan kepada pelanggan
sangat berkaitan erat dengan masalah pelayanan prima. Pelayanan prima
(excellent service) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan
dan kebutuhan pelanggan.
Ø
Pelayanan prima merupakan suatu
pelayanan yang memenuhi standar kualitas, dan suatu pelayanan yang memenuhi
standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan
pelanggan/masyarakat.
Ø
Sejarah perkembangan pelayanan prima
(konsep dan pendekatan kualitas) mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1)
Pendekatan inspeksi
2)
Pendekatan statistikal
3)
Pendekatan jaminan kualitas
4)
Pendekatan manajemen kualitas strategis
5)
Obsesi kualitas menyeluruh
Ø
Pelayanan prima dapat dilaksanakan
berdasarkan konsep A3, yaitu Attitude (sikap), Attention
(perhatian), dan Action (tindakan).
Ø
Dalam bekerja kita tidak seorang diri,
melainkan dalam bentuk tim. Oleh karenanya kita perlu memperhatikan sikap
terhadap orang lain, baik sikap terhadap atasan, teman sekerja, maupun anak
buah.
Ø
Penanganan keluhan pelanggan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan prima. Terdapat lima cara dalam menangani keluhan pelanggan,
yaitu:
1)
Bersikap empati terhadap pelanggan yang
kecewa
2)
Kecepatan dalam menangani keluhan
3)
Kewajaran atau keadilan dalam
memecahkan permasalahan keluhan
4)
Kemudahan bagi pelanggan untuk
menghubungi perusahaan
5)
Menerapkan konsep Total Quality Service
(TQC)
A. Bentuk Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban
yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e
pada lembar jawab yang tersedia!
1)
Suatu pelayanan yang terbaik dalam
memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan, disebut ….
a. pelayanan prima
b.
pelayanan produk
c.
pelayanan jasa
d.
pelayanan kualitas
e.
pelayanan manajemen
2) Dua
unsure penting dalam pelayanan prima adalah ….
a.
pelayanan dan pelanggan
b.
pelayanan dan kualitas
c.
pelayanan dan manajemen
d.
pelayanan dan komunikasi
e.
pelayanan dan produk
3)
Orang-orang yang pekerjaannya membeli dan
menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa secara terus menerus disebut
….
a.
perusahaan
b.
pelayan
c.
pelanggan
d.
perantara
e.
pemasok
4)
“Saya berharap mendapatkan hadiah dari
toko itu”. Ungkapan tersebut adalah harapan pelanggan pada tahap ….
a. asumsi
b. spesifikasi
c. kesenangan
d. kenyamanan
e. kepuasan
5) Berikut
ini adalah faktor-faktor strategi pelayanan, kecuali ….
a. atribut pelayanan
b.
perencanaan pelayanan
c.
implementasi pelayanan
d.
pendekatan untuk penyempurnaan kualitas pelayanan
e.
umpan balik untuk meningkatkan kualitas pelayanan
6) Seorang
ahli manajemen yang yang dijuluki Bapak TQM adalah ….
a.
Vincent Gaspersz
b.
Stephen Usela
c.
Stamatis
d.
Edwards Deming
e.
Perry Johnsons
7)
Cara seseorang menampilkan dirinya
secara harmonis sesuai dengan yang seharusnya dalam kehidupan sehari-hari
adalah ….
a.
penampilan serasi
b.
penampilan positif
c.
penampilan menarik
d.
grooming
e.
penampilan diri
8) Berikut
ini adalah pelayanan prima berdasarkan tindakan, kecuali ….
a. pelayanan dengan sikap menghargai
b. mencatat pesanan pelanggan
c. mencatat kebutuhan pelanggan
d. menegaskan kembali kebutuhan
pelanggan
e. mewujudkan kebutuhan pelanggan
9)
Berikut ini adalah sikap terhadap rekan
kerja yang harus dikembangkan dalam lingkungan kerja, kecuali ….
a. bersikap baik dan bersahabat
b. menghindarkan ucapan/kata-kata yang
tidak sopan
c. menghindarkan sikap yang bernada
bermusuhan
d. menjauhi sikap berprasangka buruk
e. selalu mencari kelemahan/kekurangan
teman sekerja
B.
Bentuk Soal Uraian
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
a) Jelaskan
pengaruh pelayanan terhadap peningkatan usaha!
b) Sebutkan
perbedaan antara pelanggan internal dengan pelanggan perantara!
c) Jelaskan
secara ringkas pelayanan prima berdasarkan konsep A3!
d) Berikan
contoh melayani pelanggan dengan sikap menghargai!
e) Sebutkan
tipe-tipe pelanggan yang anda ketahui!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar